Tahun Baru Jiwa Baru

Yippieee …. Tahun Baru, Jiwa Baru ..!!

Benar tidak sih kalau dimana pergantian tahun itu membuat jiwa kita menjadi baru juga?? Jawaban sebenarnya ada di diri kita sendiri, karena semuanya kembali kepada masingmasing individu bagaimana dia melihat dirinya ditahun sebelumnya dan kemauan untuk merubah dirinya menjadi yang lebih baru lagi di tahun selanjutnya.

Pada saat memasuki tahun baru biasanya kita penuhi diri kita dengan berbagai resolusi-resolusi, dari yang sederhana sampai resolusi yang terkadang kita sendiri tidak yakin dapat memenuhinya. Ada satu hal yang sangat simple dapat kita masukkan ke dalam resolusi kita di setiap awal tahun. Satu kata yang sangat simple dan mudah sekali hadir disetiap aktivitas kita namun kata itu sangat mempengaruhi kehidupan kita yaitu “Mengeluh”. Tanpa sadar sering kita mengucapkan “aduuuuh” saat ingin memulai beraktivitas, coba kita telaah kembali berapa kali dalam sehari kita mengucapkan kata tersebut? Semakin banyak kata tersebut diucapkan, maka semakin sering kita mengeluhkan keadaan kita yang sebenarnya.

SEBELUM KITA MENGELUH...........

  1. Hari ini sebelum kita mengatakan kata-kata yang tidak baik, pikirkan tentang seseorang yang tidak dapat berbicara sama sekali.
  2. Sebelum kita mengeluhkan tentang rasa dari makanan, pikirkan tentang seseorang yang tidak punya apapun untuk dimakan.
  3. Sebelum kita mengeluh tidak punya apaapa, pikirkan tentang seseorang yang meminta minta di jalanan.
  4. Sebelum kita mengeluh bahwa kita buruk, pikirkan tentang seseorang yang berada pada tingkat yang terburuk di dalam hidupnya.
  5. Sebelum kita mengeluh tentang suami atau istri, pikirkan tentang seseorang yang memohon kepada Tuhan untuk diberikan teman hidup.
  6. Hari ini sebelum kita mengeluh tentang hidupmu, pikirkan tentang seseorang yang meninggal terlalu cepat.
  7. Sebelum kita mengeluh tentang anak-anak kita, pikirkan tentang seseorang yang sangat ingin mempunyai anak tetapi dirinya mandul.
  8. Sebelum kita mengeluh tentang rumahmu yang kotor karena pembantumu tidak mengerjakan tugasnya, pikirkan tentang orang-orang yang tinggal dijalanan.
  9. Sebelum kita mengeluh tentang jauhnya kita telah menyetir, pikirkan tentang seseorang yang menempuh jarak yang sama dengan berjalan kaki.
  10. Dan disaat kita lelah dan mengeluh tentang pekerjaanmu, pikirkan tentang pengangguran, orangorang cacat yang berharap mereka mempunyai pekerjaan seperti kita.
  11. Sebelum kita menunjukkan jari dan menyalahkan orang lain, ingatlah bahwa tidak ada seorang pun yang tidak berdosa.

Mulailah dari sekarang sebisa mungkin kita hindari mengeluhkan diri kita dengan keadaan yang sudah kita punya, karena dari setiap yang kita alami, setiap yang kita dapat pasti semuanya memiliki hikmahnya.

Ayoo jalani hari-hari kita tanpa mengeluh !!!

By : Ratna Ambarwati

+ 2 +

Salam P&GA,

Tanpa terasa tahun 2008 akan kita lewati dan dalam hitungan hari lagi kita akan memasuki tahun 2009. Banyak kejutan yang membuat kita terkesima di tahun 2008 ini, mulai dari runtuhnya perusahaan properti di Amerika, melambungnya harga minyak mentah dunia hingga $100/barel hingga runtuhnya Lembaga Finansial terbesar Amerika belum lagi banyak bencana alam yang kita alami. Ini semua seakan mengingatkan kita bahwa kedepannya persaingan yang dihadapi akan lebih kompetitif dan di tuntut untuk lebih profesional lagi, di samping adanya tambahan efisiensi. Memang hal yang manusiawi bila kita dibayang-bayangi ketakutan dan kebimbangan melihat kondisi sekarang ini, akan tetapi haruskah kita terus dibayang-bayangi perasaan tersebut? Ya, benar. Kita harus bangkit dan terus berusaha. Presiden Amerika ke-7 yaitu Andrew Jackson mengatakan :

”bahwa musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah ketakutan dan kebimbangan, sedangkan teman yang paling setia adalah keberanian dan keyakinan yang teguh”


Perlu suatu tindakan nyata agar apa yang kita yakini dapat diwujudkan. Ada beberapa hal yang menurut penulis perlu di perhatikan dalam menghadapi situasi seperti sekarang ini yaitu :

1. Memulainya dengan berpikiran Positif
Dengan berpikiran positif kita dapat melihat segala masalah dari sisi positif dan denganbegitu kita dapat melihat serta menemukan solusi dari masalah tersebut, akan tetapi sebaliknya bila kita memformat pikiran kita dengan pikiran negatif maka yang terjadi adalah permasalahan baru dan bukannya menyelesaikan masalah, dikarenakan yang dilihat adalah sisi negatif dari permasalahan tersebut

2. Open minded
Merupakan suatu cara bagaimana kita membuka diri terhadap segala hal yang baru tanpa membuat sekat-sekat dalam pikiran, tetapi tetap dilandasi norma dan keyakinan yang dianut agar kita pun tidak salah kaprah dalam menerima pemikiranpemikiran baru tersebut. Dengan pembaharuan tersebut diharapkan tercipta inovasiinovasi baru.

3. Perluas Relasi/ Jaringan
Berusahalah untuk memperbanyak relasi tanpa dibatasi oleh pekerjaan, kekayaan ataupun status orang tersebut karena seperti perumpamaan kendi retak dimana ketika seorang yang membawa 2 buah kendi yang salah satunya retak tetapi tetap dipakai oleh pembawa kendi tersebut selidik punya selidik, ternyata dengan menetesnya air dari kendi yang retak tersebut banyaktanaman yang tersirami sehingga tanaman tersebut dapat mengeluarkan bunga yang indah dan bunga-bunga tersebut dapat menghiasi ruang tamunya dengan bunga yang indah tersebut.

Dari perumpamaan diatas dapat di ambil kesimpulan bahwa setiap orang memiliki potensi, sekecil apapun potensi tersebut pastinya dapat berguna. Akan tetapi hal tersebut tidak dapat ditemukan tanpa adanya Interaksi sebelumnya

4. Rajin Membaca
Andrias Harefa mengatakan dalam bukunya Mutiara Pembelajar bahwa hakekat penciptaan manusia adalah belajar untuk menjadi diri sendiri agar lebih manusiawi. Salah satu caranya adalah membaca. Mungkin hal ini yang agak mudah-mudah sulit karena terkadang kegiatan yang satu ini membutuhkan satu tindakan dan kerajinankita dalam mencari referensi yang tepat karena dengan membaca, wacana kita akan bertambah.

5. Manajemen dan Maintenance
Covey dalam bukunya 7 Habits meng-ilhami kita untuk dapat mengatur dan memaintenance segala hal dalam pekerjaan kita agar apa yang direncanakan berjalan sesuai dengan yang diinginkan dan yang terakhir adalah

6. Mengakhiri dengan Berpikir Positif
Mengakhiri dengan berpikir positif adalah bagaimana kita dapat mengevaluasi hasil akhir dengan pemikiran positif dan tetap berhikmat bahwa kita adalah manusia yang hanya merencanakan dan tetap berserah pada-Nya untuk setiap hasil yang dicapai. Akhir kata tetaplah yakin dan beranilah untuk memulai sesuatu yang baru agar tercipta inovasi-inovasi segar serta menyerahkan hasil akhir pada-Nya.
by : Astalavista (LP)

Bercermin Pada Mental Para Pahlawan

Sepertinya bulanbulan untuk membuat kita terhenyak dari tidur untuk bangun, berpikir dan berjuang cukup banyak mulai dari bulan Agustus (Hari Kemerdekaan), Oktober (HariSumpah Pemuda), November (Hari Pahlawan). Tidak berhenti-hentinya kita diingatkan setiap bulannya bahwa apa yang telah kita capai sampai pada saat ini bener-benar membutuhkan perjuangan yang panjang. Dan jalan yang di capai pun tidak pendek.
Bercermin terhadap perjuangan para pendahulu kita untuk menjadikan bangsa Indonesia menjadi suatu bangsa yang merdeka. Perjuangan yang tidak sebentar selama lebih dari 3 1/2 abad pendahulu kita menjadikan mimpi itu menjadi kenyataan, dengan semua hal tersebut, seharusnya ini semua tidak membuat kita menjadi bangsa yang “gampangan” bangsa yang semua nya serba mudah. Memang untuk saat ini kehidupan menuntut agar kita semua melakukan segala sesuatu itu serba cepat demikian dengan dunia kerja saat ini kita di tuntut juga untuk dapat mengikuti apa yang sedang berjalan atau dapat dikatakan apa yang sedang trend saat ini.

So gimana cara nya kita bisa jadi orang yang nggak gampangan dan nggak ditelan jaman yang dah nggak kenal dengan seperti apa jiwa pahlawan itu, Untuk itu kita bisa belajar dari mental para pejuang bangsa dan pahlawan bangsa, yang dimiliki oleh beberapa pahlawan bangsa kita, seperti :

Pahlawan Proklamator - Soekarno Hatta
Tau Tujuan nya (Optimisme)
Soekarno hatta memiliki tujuan dalam hidupnya dia membawa bangsa ini untuk menyatukan mimpi yang selama ini telah indonesia mimpikanya itu kemerdekaan, Soekarno Hatta tau kemana arah mereka akan melangkah dan optimis bahwa apa yang mereka lakukan akan berhasil. Demikian juga dengan kita saat ini. Ketika kita tau tujuan apa yang akan kita capai (goal2s yang kita inginkan) kita tetap harus maju dan berkata pada diri sendiri “saya bisa”.
Optimisme ada ketika kita menciptakan aura semangat dan kepercayaan itu menjadi satu untuk mewujudkan Tujuan kita.

Pahlawan Pergerakan Kemerdekaan – Jenderal Soedirman
Berjiwa Sosial
Mungkin tidak banyak yang tau dibalik semua ketegasan , jenderal soedirman menjadi salah satu pahlawan yang disebut berjiwa sosial tinggi dengan mendirikan koperasi untuk menangani kelaparan yang terjadi. Lalu sekarang pertanyaanya sejiwa sosial apakah kita? Dalam kondisi dan keadaan seperti saat ini tentu saja jiwa sosial menjadi suatu tantangan bagi diri kita sendiri. Karena pasti semua sedang berpikir untuk tidak memberi banyak bagi lingkungannya. Namun justru dalam kondisi dan keadaan seperti inilah jiwa kepahlawanan yang bernama “Jiwa Sosial” seharusnya ada.

Pahlawan Pergerakan Nasional - Ki Hajar Dewantara
“Do Our Best “ Dimanapun Posisi Kita
Tut Wuri Handayani
Ing Madya Mangun Karsa
Ing Ngarsa Sungtulada

Kita pasti sering mendengar semboyan ini semenjak jaman kita sekolah tapi tahukah kita bahwa arti dari semua itu adalah semua orang mempunyai bagian nya masing-masing dan posisinya masing-masing ada yang di tengah, di belakang mau pun didepan. Dibagian manakah kita berada? mari ambil mental (red: teladan) yang di berikan oleh Ki Hajar Dewantara.

Initinya Judul diatas “Bercermin pada mental para pahlawan” tersebut hanya ingin menyadarkan kita, walaupun ada pepatah mengatakan “ Tidak semua masa lahir pahlawan” tapi kalimat tersebut dapat di lanjutkan dengan “Pahlawan adalah hasil dari evolusi “ oleh karena itu pahlawan pasti akan ada disetiap generasinya dalam bentuk yang berbeda-beda. Namun jiwa itu pasti akan tetep tercermin”.
by: Rembet

Nasionalisme di Kalangan Muda

"Merah putih teruslah kau berkibar…di ujung tiang tertinggi…
di Indonesia ku ini, Merah putih teruslah kau berkibar…
Ku akan slalu menjagamu…”

(“Bendera” Cipt. Eros “Sheila On 7” dipopulerkan oleh Cokelat)

Kita mungkin pernah mendengar petikan lirik lagu diatas, lagu yang isi liriknya tidak akan pernah kita sangka diciptakan oleh seorang anak muda yang hidup di jaman modern seperti sekarang ini. Nasionalisme sendiri dapat diartikan sebagai pandangan/paham kecintaan manusia terhadap bangsa dan tanah airnya (dikutip dari http://www.edukasi. net/mol/mo_full.php). Lalu bagaimana dengan nasionalisme yang dimiliki oleh anak muda yang hidup dan tumbuh di tengah-tengah globalisasi dimana trend gaya hidup, budaya dari berbagai macam Negara bebas masuk, dan tentu saja lebih banyak diminati oleh anak muda karena lebih dianggap modern? Mungkin pertanyaan inilah yang sering diajukan oleh beberapa kalangan senior yang melihat anak muda semakin meninggalkan akar kebangsaan mereka.

Sebagai salah satu dari kalangan muda saya kurang setuju dengan anggapan apabila anak muda
dianggap meninggalkan akar kebangsaan dan tidak cinta lagi kepada negaranya. Memang tidak dapat dipungkiri lagi kalau masuknya trend gaya hidup dan budaya dari Negara lain sangat mempengaruhi gaya nasionalisme yang dimiliki anak muda. Nasionalisme anak muda sekarang tidak bisa lagi disamakan dengan nasionalisme yang dimiliki oleh para leluhur kita dan para pahlawan kemerdekaan, anak muda yang hidup sekarang ini menunjukan rasa nasionalisme mereka dengan cara dan prestasi mereka masing-masing. Nasionalisme yang ditunjukkan bukan lagi memerangi bangsa asing tapi lebih bagaimana membangun bangsa sendiri agar maju dan dipandang di kalangan internasional. Sebagai contoh nyata pertama kita bisa melihat sineas-sineas muda seperti Mira Lesmana dan Riri Riza, dengan kesungguhan mereka melalui bakat mereka membuat film dan membangkitkan film Indonesia dengan menyuguhkan film-film dengan kualitas terbaik sehingga bisa mengikuti festival-festival film internasional. Film terbaru yang mereka hasilkan seperti Laskar Pelangi, selain baik secara kualitas tetapi juga bertujuan mulia untuk menyadarkan masyarakat luas tentang pentingnya pendidikan bagi suatu bangsa, inilah bukti cinta kedua kalangan muda Indonesia kepada negaranya yang mengharapkan kemajuan bagi negaranya sekaligus berusaha mengharumkan nama bangsa di kalangan internasional. Contoh kedua : yang bisa dijadikan contoh adalah Butet Manurung, seorang sarjana antropolgi yang rela melepas semua kenikmatan metropolitan demi memberi pendidikan bagi suku anak dalam dengan mendirikan “sokola rimba” di tengah hutan Jambi dan Riau. Dia mempunyai citacita dan kecintaan yang begitu besar kepada suku anak dalam dan berusaha untuk memberikan pendidikan bagi mereka agar mereka bisa bertahan dengan keasliannya di tengah-tengah gerusan globalisasi. Perjuangan besar yang dimulai dari tujuan sederhana membuat mereka mengetahui perhitungan agar tidak ditipu oleh makelar tanah dan juga para pedagang tempat mereka menjual hasil tani mereka. Penolakan demi penolakan, ancaman-ancaman mistis, tempat yang selalu berpindah-pindah mengikuti pola hidup suku anak dalam telah dilalui butet dengan senyum dan terus semangat demi kemajuan suku anak dalam tanpa mengharapkan bayaran berlebih, bahkan terkadang butet harus memutar otak untuk dapat membeli buku ajar demi kelangsungan kegiatan pendidikan.

Begitulah kisah anak-anak muda yang mewujudkan rasa nasionalisme mereka dengan cara mereka masing-masing sesuai dengan bakat dan kemampuan mereka. Jadi nasionalisme bagi
kami kalangan muda bukan lagi berperang melawan orang asing tetapi
lebih kepada bagaimana membangun Negara yang kita cintai ini dan
mengharumkan nama bangsa di mata internasional.

Jayalah Indonesiaku!!!!
by : Ms.Keket

Menjadi Seorang Muttaqin Yang Fitri

Idul Fitri (id al-fithri) adalah hari raya yang selalu disambut meriah kedatangannya oleh orang mukmin dan muslim yang berpuasa Ramadhan. Bukan karena dengan datangnya hari Fitri itu mereka telah terbebas dari kewajiban berpuasa sebulan penuh di bulan Ramadhan yang “cukup berat”. Lebih dari itu, karena mereka telah kembali kepada kesucian mereka sebagai seorang manusia. Id al-fithri, yang secara harfiah berarti kembali kepada fitrah, kesucian, kembali kepada keadaan semula manusia ketika dilahirkan di muka bumi. Karena itulah ada juga yang menyebut hari raya Idul fitri sebagai hari kesucian, hari kemenangan, umat manusia yang telah menang mengendalikan diri dari nafsu-nafsu yang buruk.

Fitrah dalam perspektif islam berarti kembali ke asal kesucian, ke pusat eksistensialnya. Seperti digambarkan oleh seorang guru besar di universitas Amerika, Seyyed Hossein Nasr, dengan mencapai fitrahnya maka manusia kembali kepada axis, poros atau sumbu eksistensinya, meninggalkan rim atau lingkaran luar yang berada jauh dari pusat eksistensial manusia itu sendiri. Semakin menjauhnya manusia dari axisnya dalam banyak hal karena manusia gagal mengembangkan unsur ketuhanan (lahut) yang suci di dalam dirinya sendiri. Manusia telah dibekali Tuhan dengan sifat-sifat hanif, sehingga manusia menjadi pengasih (Rahman), penyayang (Rahim) dan pemaaf (ghafur), yang dapat menghantarkan manusia, secara pribadi atau komunitas, kearah kebaikan dan kedamaian. Sayangnya, banyak manusia lebih dikuasai oleh unsur kemanusiannya (nasut) yang juga diberikan oleh Tuhan kepada manusia, yang berupa hawa nafsu dan dorongan – dorongan instingtif lainnya. Semakin berkuasanya unsur nasut dalam jiwa manusia, pada gilirannya membuat manusia lebih dikuasai angkara murka, kerakusan harta, dan kekuasaan daripada kesejahteraan dan kemuliaan rohani. Memang tarik menarik antara unsur Nasut dan Lahut di dalam diri manusia merupakan pergulatan abadi, sejak jaman dahulu kala ketika Nabi Adam dan siti Hawa dibuang kebumi, peperangan memperebutkan pengaruh disuatu wilayah dll, atau akan lebih mudah kita melihat bagaimana tarik menarik antara unsur Nasut dan Lahut jika kita melihat epik Mahabarata, dalam epik tersebut digambarkan dengan bagus bagaimana tarik menarik antara dua unsur tersebut.

Umat islam melalui puasa sebulan penuh, dilatih oleh Allah untuk memenangkan “pertempuran” tersebut, jika unsur lahutnya menang, maka ia tidak hanya kembali kepada fitrahnya tapi juga terangkat martabatnya di mata Allah lebih mulia dari Malaikat. Akan tetapi jika unsur Nasut yang menang, maka ia akan terjerumus kedalam lubang kenistaan tanpa dasar. Puasa yang akan segera kita selesaikan dalam waktu kurang dari 1 minggu ini, merupakan riyadhah jasmaniah wa ruhaniyyah, latihan fisik dan spiritual kearah pensucian jiwa, yang nantinya akan dapat membantu mengembangkan unsur lahut dalam diri manusia. Jika ini berhasil maka manusia tersebut bukan hanya membuka “tabir” yang membatasi dirinya dengan Tuhan, tapi sekaligus dapat memiliki ma’rifah yang memungkinkan untuk lebih arif dalam memandang diri, masyarakat dan lingkungan alamnya.

Latihan – latihan pengendalian diri yang telah kita lakukan selama bulan Ramadhan ini diharapkan
dapat menghantar kita menjadi orang-orang yang menang dalam meraih kembali kesucian (fithrah). Inilah salah satu ciri orang yang berpuasa yang mampu meraih derajat takwa, yaitu orang yang suci, kita menjadi muttaqin yang fitri. Wallahu alam…..

by : Dari berbagai sumber (MOKAMI)

Be There Or Be Damned

Bukan berniat kasar atau mengajari bahasa kasar yang kalau di radio atau TV langsung di ditutup dengan bunyi ”TUT..TUT”…Be there or Be Damned adalah salah satu sub judul dari tetralogi novel “Laskar Pelangi – Andre Hirata” yang berkisah tentang sekelompok anak-anak yang berasal dari P. Belitong. Dalam sub judul ini diceritakan bagaimana salah satu anak tersebut yang bernama Mahar sedang tergila-gila dengan perdukunan, dan melalui perdukunannya itu dia berkenalan dengan seorang perempuan bernama Flo yang akhirnya mereka mendirikan perkumpulan bagi orang-orang yang senang dengan hal-hal metafisika. Walaupun sang ibunda Guru, ibu Sum, sudah mengancam mahar agar segera kembali ke “jalan yang lurus” yang sesuai akidah agama, dan jika tidak, maka dia tidak akan disertakan dalam ujian Ebtanas.
Buku ini, menurut saya adalah bacaan ringan yang lucu dan menghibur tapi penuh dengan ajaran – ajaran kehidupan. Buku ini adalah buku kesekian yang sudah saya baca. Perkenalan saya dengan buku pertama kali adalah dengan majalah Donal Bebek, Bobo dan Hai (tahun 1977) dan semua koleksi tersebut masih disimpan oleh Ibu tercinta di dalam peti di jogja sana. Selanjutnya saya mulai mengenal komik dengan jagoan-jagoan khas Indonesia Gundala, Godam dan lain-lain, yang hanya boleh dibaca saat liburan sekolah (soalnya kalau tidak di tahan-tahan, bisa-bisa buku pelajaran ngga tersentuh). Kemudian buku novel fiksi yang pertama saya baca adalah “Manusia Harimau – SB Chandra” (akhirnya saya bisa beli buku ini semuanya setelah saya kerja) dan buku tentang agama yang saya baca pertama kali adalah “Siksa Kubur- Al ghozali” (Ibu saya memberi ini supaya anaknya rajin sholat kali ya?), Nah mulai sejak itulah kecintaan saya kepada buku dan aktifitasnya yang disebut membaca mulai tumbuh, sampai sekarang kebiasaan itu masih terus coba saya pupuk dengan membaca apa saja tanpa mencoba membatasinya, (akhir-akhir ini malah saya lagi keranjingan baca buku sejarah nusantara yang diolah lagi menjadi novel Pop, seperti Seri GajahMada, Ken Arok, ternyata lewat sedikit perubahan pada cara penyampaian yang sedikit nge-pop, pelajaran—pelajaran sejarah yang dahulu sangat sulit kita hapal tokoh-tokohnya menjadi gampang tuh). Belakangan setelah saya berkeluarga dan memiliki anak, kebiasaan itu mulai saya tularkan kepada mereka, Sampai-sampai saya bilang dengan mereka “kalau beli buku boleh, tapi kalau beli mainan minta aja dengan kakeknya sana!”

Sekarang setelah saya dewasa, saya berterima kasih kepada lingkungan yang sudah memperkenalkan saya dengan salah satu aktifitas ini, sangat terasa manfaatnya untuk pribadi maupun untuk lingkungan kerja. Entah apa jadinya kalau saya tidak diperkenalkan dengan apa yang disebut jendela dunia ini, mungkin saya tidak pernah tahu bagaimana kehidupan di dasar laut terdalam dengan ikan-ikan buta, yang dapat dengan cepat memakan ikan yang lewat di depannya atau kehidupan masa lalu yang digambarkan dan diceritakan kembali melalui fosil-fosil yang ditemukan atau mungkin juga tempat–tempat indah lainnya yang belum tentu dapat kita datangi secara langsung, akan tetapi digambarkan oleh Herge dengan begitu detail dan indahnya dalam komik Tintin. Jadi bagi saya buku selain jendela dunia juga sebagai mesin waktu yang dapat kemana saja membawa kita sesuai dengan kehendak kita.
Nah, jadi mulai sekarang, tidak ada salahnya khan kalau kita mulai membiasakan diri untuk membaca, apa saja yang dapat kita baca dan nantikan sensasi ingin tambah dan ingin tambah lagi, dan siap-siap setiap minggu mendatangi toko buku untuk memenuhi hasrat membacanya.
Be There or Be Damned….mungkin dapat kita tambahkan Be There to read book or U will be Damned by Time
by : Mokami

Setiap Kita Adalah Unik

Suatu hal yang sepertinya memang ditakdirkan oleh yang Maha Kuasa untuk kita semua. Contoh konkrit dapat kita temukan dalam tubuh kita, coba lihat sidik jari kita, dengan orang tua yang melahirkan diri kita pun, tak pernah mungkin sama bentuknya. Manusia hanya mampu membuat pola sidik jarinya tetapi Tuhan yang Maha Kuasa menciptakan perbedaan itu. Masih banyak lagi yang dapat kita temukan didalam diri kita yang menggambarkan Ke-UNIK-an tersebut. Setelah kita sepakat bahwa kita adalah sesuatu yang Unik, maka dapat kita pahami jika kita semua memiliki kisah hidup, rencana masa depan dan harapan yang berbeda tentunya dengan orang-orang lain.

Kita semua pasti pernah mempunyai masa lalu, baik yang menyenangkan atau yang pahit. Berdasarkan pengalaman-pengalaman itulah terkadang kita bereaksi terhadap suatu keadaan atau menilai suatu keadaan. Contohnya begini, Jika kita pernah disakiti oleh pacar kita sewaktu masa muda dulu dan rasanya sangat menyakitkan, pada suatu saat ada sahabat kita yang mengalami hal yang sama dan bercerita pada kita, maka kita akan memberikan ”saran” kepada sahabat kita tadi berdasarkan rasa sakit yang kita alami sewaktu kita disakiti oleh mantan kita dahulu, padahal mungkin sahabat kita hanya ingin kita sekedar berbagi cerita dengan kita tanpa ada perasaan apa-apa. Hal ini masih lebih ”Baik” karena jika yang dimintakan pendapatnya, kemudian memberikan pendapatnya berdasarkan pengalaman-pengalaman yang baiknya, tentu hasilnya akan baik, tetapi jika tidak ya..., tergantung orang yang menerima saran / pendapat tersebut. Mengapa saya bilang lebih ”baik”?, karena ada kecenderungan orang saat ini, mereka meng-idolakan seseorang kemudian dia mencontoh semua tingkah lakunya, gaya hidupnya, cara dia bereaksi terhadap suatu keadaan, dll, tanpa melihat latar belakang apa yang membuat si tokoh idola tersebut bertindak seperti itu.

Mencoba menjadi orang lain, yang sebenarnya berbeda dari keadaan yang kita miliki, adalah sesuatu yang tidak menyenangkan dan tidak saya sarankan, hal itu bisa membuat anda sakit dalam berusaha mengikutnya. Contohnya begini, seorang anak muda yang baru beranjak dewasa merasa bangga memiliki handphone lebih dari 1, kemana-mana selalu dibawanya ”perkumpulan handphone” tersebut tersebut, dia akan merasa bangga ketika sedang kumpul dengan teman-temannya apabila semua handphonenya berbunyi, tapi apa yang terjadi, diakhir minggu dia kebingungan mencari uang untuk membeli pulsa agar handphone dapat terus ”berbunyi” pada saat dia berkumpul bersama teman-temannya. Ketika ditanya kenapa dia membawa begitu banyak handphone, dia tidak bisa menjawab dengan jelas apa tujuannya, hanya saja ketika ditanya-tanya lebih jauh...alasan cuma 1, ”Bapak saya yang tukang ojek aja bawa 3 handphone!” katanya, padahal bapaknya membawa handphone lebih dari 1 dalam rangka mencari uang demi kehidupan keluarganya, sehingga dia bisa selalu dihubungi oleh pelanggannya, akan tetapi anak muda ini melihat karena si idolanya, yaitu ”Bapaknya” membawa 3 handphone tanpa melihat untuk apa fungsi handphone tersebut bagi bapaknya, sehingga akhirnya menimbulkan kesulitan sendiri bagi diri si anak muda tsb.
Kita banyak melihat dan mengamati sesorang yang bahagaia, mereka adalah orang yang menjalani hidup dengan menjadi diri sendiri, dengan tidak terlalu mencontoh orang lain, karena sekali lagi setiap kita adalah unik.
Jadi apapun keinginan anda, anda bisa berkreasi menjalani hidup, menggapai sukes dengan cara anda sendiri, memang ada panduan untuk sukses, tapi hal tersebut tidak akan menjamin cara yang dilakukan akan selalu sama, lakukan dan berkreasi dengan cara anda sendiri sesuai dengan norma yang ada. Karena menjadi diri sendiri adalah sebuah kebahagian yang tak terhingga.
by: Mokami

Pengaruh Kondisi Psikis Dalam Pengambilan Keputusan

Apa yang sebenarnya dihadapi manusia dalam kesehariannya sepanjang hidupnya? Jawabannya cuma satu, yaitu masalah. Kita tentu sependapat bahwa tidak ada hidup yang tanpa masalah. Bahkan ada pepatah yang mengatakan “Jika kamu tidak ingin bertemu dengan masalah, maka dikuburanlah tempatnya“

Bila kita kaji kembali memang benar bahwa bila seseorang sudah meninggal dunia maka selesailah sudah semua masalah yang ada pada dirinya. Kematian adalah sesuatu yang sudah selesai. Kehidupan adalah bagaimana kita menjawab berbagai masalah yang muncul.

Cara setiap orang menjawab maslah itupun pastilah berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, kenapa? Karena keputusan atau tindakan yang diambil tergantung pada kondisi manusia dalam memandang setiap masalah. Yang dimaksud dengan kondisi disini adalah kondisi psikis seseorang. Ada seseorang yang menjawab masalah dengan tergesa-gesa tanpa berpikir dahulu, sembrono karena emosi, tidak hati-hati dan kurang perhitungan. Ada juga seseorang yang setiap kali mengambil suatu keputusan selalu dengan mempertimbangkannya dulu secara matang, yaitu dengan mempelajari, menganalisa serta mengurai dulu masalah yang ada sebelum diselesaikannya (Problem Solving). Orang dalam golongan ini adalah arang yang waspada, hati-hati dan berpikir jernih sehingga keputusannyapun juga akan adil dan bijaksana.

Kenapa ada dua perbedaan golongan seperti diatas? Apa yang melatarbelakangi perbedaan itu?

Kita tahu bahwa setiap orang pasti akan mengalami masalah atau tekanan-tekanan dalam hidupnya, dengan berbagai skalanya, berat ringannya. Namun hal ini sifatnya sangatlah relatif. Tergantung pada tiap-tiap orang dalam mensikapinya. Karena boleh jadi tekanan yang dialami oleh seseorang dipandang ringan oleh orang lain, sementara yang mengalami masalah memandang berat sehingga merasa tidak mampu menemukan solusi atau jalan keluarnya.

Masalah atau tekanan-tekanan yang dialami oleh setiap orang sangat berpengaruh dalam mengambil keputusan sebelum melakukan tindakan. Dan tindakan yang dilakukan ini adalah sebagai jawaban dari masalah atau tekanan tersebut. Karena kondisi psikis tiap orang berbeda, maka bisa saja masalah yang dialami sama, namun dalam hal pengambilan keputusan akan berbeda.

Jika seseorang memiliki kondisi psikis yang kuat, maka akan menghasilkan perilaku hidup yang positif. Perilaku hidup positif disini adalah sifat kehati-hatian, kewaspadaan, berpikir matang sebelum bertindak dan menjawab masalah dengan berdasarkan analisis dan strategi bukan emosi.

Sebaliknya bisa seseorang mempunya kondisi psikis yang lemah, maka akan menghasilkan konsep perilaku yang negatif yang akan membawa kepada perilaku yang negatif pula, seperti gegabah atau sembrono, asal-asalan, tidak hati-hati dan tidak waspada serta emosi masih mendasari dalam pengambilan keputusan. Suka mencari kambing hitam dan menyalahkan orang lain. Bahkan berburuk sangka kepada Tuhan bila keinginannya tidak tercapai.
Jika perilaku negatif ini semakin lama dipupuk dan dipelihara, maka tidak mustahil orang tersebut akan menjadi keras kepala dan keras hati. Semakin keras hatinya, semakin tidak peka dan tidak lembut. Sedangkan segala sesuatu yang baik itu berasal dari hati yang lembut dan peka. Dan kesuksesan sejati adalah kebaikan itu sendiri.

Marilah kita senantiasa memupuk kondisi psikis yang kuat dan positif.

by : Agung Suprayogo