Nasionalisme di Kalangan Muda

"Merah putih teruslah kau berkibar…di ujung tiang tertinggi…
di Indonesia ku ini, Merah putih teruslah kau berkibar…
Ku akan slalu menjagamu…”

(“Bendera” Cipt. Eros “Sheila On 7” dipopulerkan oleh Cokelat)

Kita mungkin pernah mendengar petikan lirik lagu diatas, lagu yang isi liriknya tidak akan pernah kita sangka diciptakan oleh seorang anak muda yang hidup di jaman modern seperti sekarang ini. Nasionalisme sendiri dapat diartikan sebagai pandangan/paham kecintaan manusia terhadap bangsa dan tanah airnya (dikutip dari http://www.edukasi. net/mol/mo_full.php). Lalu bagaimana dengan nasionalisme yang dimiliki oleh anak muda yang hidup dan tumbuh di tengah-tengah globalisasi dimana trend gaya hidup, budaya dari berbagai macam Negara bebas masuk, dan tentu saja lebih banyak diminati oleh anak muda karena lebih dianggap modern? Mungkin pertanyaan inilah yang sering diajukan oleh beberapa kalangan senior yang melihat anak muda semakin meninggalkan akar kebangsaan mereka.

Sebagai salah satu dari kalangan muda saya kurang setuju dengan anggapan apabila anak muda
dianggap meninggalkan akar kebangsaan dan tidak cinta lagi kepada negaranya. Memang tidak dapat dipungkiri lagi kalau masuknya trend gaya hidup dan budaya dari Negara lain sangat mempengaruhi gaya nasionalisme yang dimiliki anak muda. Nasionalisme anak muda sekarang tidak bisa lagi disamakan dengan nasionalisme yang dimiliki oleh para leluhur kita dan para pahlawan kemerdekaan, anak muda yang hidup sekarang ini menunjukan rasa nasionalisme mereka dengan cara dan prestasi mereka masing-masing. Nasionalisme yang ditunjukkan bukan lagi memerangi bangsa asing tapi lebih bagaimana membangun bangsa sendiri agar maju dan dipandang di kalangan internasional. Sebagai contoh nyata pertama kita bisa melihat sineas-sineas muda seperti Mira Lesmana dan Riri Riza, dengan kesungguhan mereka melalui bakat mereka membuat film dan membangkitkan film Indonesia dengan menyuguhkan film-film dengan kualitas terbaik sehingga bisa mengikuti festival-festival film internasional. Film terbaru yang mereka hasilkan seperti Laskar Pelangi, selain baik secara kualitas tetapi juga bertujuan mulia untuk menyadarkan masyarakat luas tentang pentingnya pendidikan bagi suatu bangsa, inilah bukti cinta kedua kalangan muda Indonesia kepada negaranya yang mengharapkan kemajuan bagi negaranya sekaligus berusaha mengharumkan nama bangsa di kalangan internasional. Contoh kedua : yang bisa dijadikan contoh adalah Butet Manurung, seorang sarjana antropolgi yang rela melepas semua kenikmatan metropolitan demi memberi pendidikan bagi suku anak dalam dengan mendirikan “sokola rimba” di tengah hutan Jambi dan Riau. Dia mempunyai citacita dan kecintaan yang begitu besar kepada suku anak dalam dan berusaha untuk memberikan pendidikan bagi mereka agar mereka bisa bertahan dengan keasliannya di tengah-tengah gerusan globalisasi. Perjuangan besar yang dimulai dari tujuan sederhana membuat mereka mengetahui perhitungan agar tidak ditipu oleh makelar tanah dan juga para pedagang tempat mereka menjual hasil tani mereka. Penolakan demi penolakan, ancaman-ancaman mistis, tempat yang selalu berpindah-pindah mengikuti pola hidup suku anak dalam telah dilalui butet dengan senyum dan terus semangat demi kemajuan suku anak dalam tanpa mengharapkan bayaran berlebih, bahkan terkadang butet harus memutar otak untuk dapat membeli buku ajar demi kelangsungan kegiatan pendidikan.

Begitulah kisah anak-anak muda yang mewujudkan rasa nasionalisme mereka dengan cara mereka masing-masing sesuai dengan bakat dan kemampuan mereka. Jadi nasionalisme bagi
kami kalangan muda bukan lagi berperang melawan orang asing tetapi
lebih kepada bagaimana membangun Negara yang kita cintai ini dan
mengharumkan nama bangsa di mata internasional.

Jayalah Indonesiaku!!!!
by : Ms.Keket

0 comments:

Post a Comment